Senin, 23 Juli 2012


SUDAH SELESAI: Yoh. 19:30

Selanjutnya semua orang percaya diamanatkan supaya menyebarkan karya Agung itu, bukan membuat persekutuan untuk menyatukan suara mendukung kepentingan pribadi.

Saat yang sangat kelam dan membuat hati remuk redam ketika Allah mendapati manusia yang diciptakan sehakekat dengan Dia, mengabaikan perintah-Nya dan setuju dengan rayuan Iblis. Dari situlah dimulai perjalanan manusia yang tanpa kebenaran dan hanya menanti kebinasaan. Dunia menjadi porak-poranda karena kejahatan. Tidak ada lagi keindahan, tidak ada lagi kesejukan. Di setiap sudut penjuru bumi berjejer bongkahan batu keangkuhan, derai air mata diiringi nyanyian penderitaan yang meraung-raung di antara gelak tawa para pemangsa. . . ya, mereka menyebut diri penguasa yang dapat berbuat apa saja agar dapat menciptakan kesenangan diri sendiri beserta pengikutnya. Pemandangan ini terpampang di depan mata Allah dari satu generasi ke generasi berikutnya, selama berabad-abad. Hal ini membuat hati Allah sedih dalam duka yang tak terkatakan, sebuah perasaan yang hanya mampu dinyatakan melalui ungkapan, “Allah menyesal.  Namun jauh dalam hati dan pikiran Allah, tersimpan satu kerinduan ajaib yang dirangkai dengan belas kasihan tanpa pamrih. 

Kerinduan itu yang membawa Allah menjumpai Adam dan Hawa di taman Eden, menyelamatkan Nuh sekeluarga dan memanggil Abraham untuk menerima janji pemulihan masa depan, bagi semua ciptaan yang taat kepada kuasa pengampunanNya. Pada akhirnya dalam wujud manusia, Allah datang menumpahkan kerinduan-Nya. Hadir di bumi dan berkarya menabur benih kebenaran. Dari
Betlehem hingga Golgota kerinduan itu menerobos masuk, merobohkan
tembok-tembok kesombongan dunia. Dan di atas puncak Bukit Tengkorak, Dia menyelesaikan misi penyelamatan itu. Karya terbaik yang dihasilkan dengan guratan luka menganga disekujur tubuh, kepala dibalut dengan duri yang merobek pembulu darah, serta tangan dan kaki yang ditancapkan pada sepotong kayu kasar. Semuanya terasa sangat perih ketika sinar matahari mulai menyengat dan satu-persatu butiran keringat jatuh membasahi luka-luka itu. Sungguh satu penderitaan yang hebat. Namun dari sana juga mengalir darah tanpa noda, darah yang memberi pengampunan. Itulah sebabnya disaat-saat terakhir, dari mulut Sang Penebus terdengar teriakan penuh kemenangan,

SUDAH SELESAI..! Sebuah pernyataan yang diterjemahkan dari istilah Yunani tetelestai, kata yang hanya 3 kali digunakan dalam seluruh Alkitab yang mengandung makna adanya tindakan nyata yang dilakukan Allah dan telah selesai secara sempurna. Selanjutnya semua orang percaya diamanatkan supaya menyebarkan karya Agung itu, bukan membuat persekutuan untuk menyatukan suara mendukung kepentingan pribadi. Bukan mendirikan kerajaan dan mengangkat diri jadi penguasa, bukan pula membentuk arena pemilihan idola. Pengikut Kristus diingatkan senantiasa memandang ke Kalvari, karena di sana pernah terukir kenangan abadi ketika Allah menyelesaikan semua urusan mengenai dosa dan perilaku hidup manusia lama, yang kemudian menuntut umat-Nya hidup menuju kesempurnaan hingga kekekalan. SUDAH SELESAI..! sekaligus merupakan seruan kepada kuasa kegelapan bahwa di dalam Kristus, semua penghalang untuk berdamai dengan Allah telah dihancurkan dan firman-Nya akan digenapi sebagai bukti kekuasaan yang tidak terkalahkan;Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar