Daniel adalah
salah satu tokoh iman terbesar sepanjang sejarah Alkitab. Selama lebih dari 70
tahun melayani Tuhan, Daniel telah memberikan kontribusi penyingkapan rahasia
Allah yang sangat berarti juga teladan hidup bergaul akrab dengan Tuhan, bagi
umat yang hidup di zamannya bahkan bagi generasi sesudahnya hingga saat ini.
Menurut Dr. Parlaungan Gultom, kitab Daniel adalah termasuk kitab yang kontroversial
dalam Alkitab, tetapi diyakini beritanya sangat jelas dan tidak ada salahnya.
Informasi penting lainnya adalah bahwa kitab Daniel adalah satu-satunya kitab
PL yang ditulis seluruhnya dalam
bahasa apokaliptis dan dilihat dari sisi itu, kitab Daniel mirip dengan kitab
Wahyu dalam PB.
Secara keseluruhan
isi kitab dibagi dalam dua bagian besar yang nyata, yaitu pasal 1-6 merupakan
naratif historis yang berhubungan degan peristiwa-peristiwa Daniel dan pelayanannya
di istana Babel dan Persia . Dan pasal 7-12 adalah
visi-visi berupa catatan-catatan pribadi dari Daniel yang berhubungan dengan
hari-hari akhir hidupnya. Visi-visi tersebut berisi pasal-pasal perorangan yang
dicatat bagi kepentingan teologisnya. Pasal 7 melukiskan Allah sebagai “Yang
Lanjut Usia” sebutan “Anak Manusia” yang kemudian banyak digunakan oleh Yesus yang
diterapkan kepada diri-Nya (Mat. 16:27; 24:30; 26:64; Mrk. 8:38; 13:26, dll). Pasal 9 memaparkan
tentang “70 x 7” masa atau “70 Minggu dari tahun” yang secara hangat
diperdebatkan. Pasal 12 merupakan visi penutup yang menyajikan satu-satunya
acuan PL yang tegas, mengenai kebangkitan.
Latar Belakang
A. Keseluruhan Kitab.
Penulis kitab ini,
adalah Daniel (9:2; 10:2). Dan dari sebuah pernyataan, mengindikasikan bahwa Tuhan
Yesus mengakui Daniel sebagai penulis (Mat. 24:15). Kitab Daniel ditulis dengan
dua bahasa yakni bahasa Ibrani (1:1-2:4a dan 8-12) dan bahasa Aram (2:4b-7:28). Dengan adanya
pengaruh kata-kata Persia
dalam bahasa Aram ,
pada baghian kitab ini, maka diperkirakan Daniel menulis pada masa-masa akhir
hidupnya yaitu sekitar tahun 530 SM. Namun demikian ahli teologia liberal
meyakini berdsarkan nubuat-nubuat dalam kitab ini yang terlalu akurat dan ajaib
maka pnulisannya diperkirakan pada tahun 165 SM. Karena mereka meragukan Daniel
dapat bernubuat tentang masa depan secara tepat dan akurat.
Catatan khusus, tidak hadirnya
Daniel dalam pasal 3 ini menimbulkan banyak
pertanyaan dan spekulasi. Kemungkinan yang paling dekat adalah, bahwa Daniel
sedang berada di tempat lain sehingga cerita pasal 3 ditulis berdasarkan
informasi orang lain, paling tidak dari tiga temanya yang adalah saksi utama.
Daniel melayani pada masa pergantian 6 raja Babel dan 1 raja Persia yaitu,
Nebukadnezar, Ewil-Merodakh, Neriglisar, Labasi-Marduk, Nebonidus, Belsyazar
(Babel) dan Koresy (Persia), yang dimulai sejak pembuangan pertama ke Babel
tahun 605 SM. Tema utama kitab ini adalah Tuhan
Allah berdaulat atas raja-raja dan melakukan apa yang Dia kehendaki (4:17).
B. Khusus Pasal 3.
Pasal ini adalah
salah satu bagian dari naratif histories. Peristiwanya dimulai dari sebuah
aturan yang dikeluarkan raja Nebukadnezar berisi tentang kewajiban semua orang
yang ada di wilayah kekuasaannya harus menyembah patung buatannya.
Garis Besar
I. Peraturan raja: 1-8
II. Tuduhan kepada orang Yahudi: 9-15
III. Pembelaan Sadrakh, Mesakh dan
Abednego: 16-18
IV. Hukuman raja: 19-23
V. Mujizat Allah
a. Sadrakh, Mesakh dan Abednego
diselamatkan: 24-27
b. Pengakuan raja terhadap Allah:
28-29
c. Sadrakh, Mesakh dan Abednego diberikan
kedudukan tinggi: 30
Narasi (3:1-30)
Sebagai orang
nomor satu dan memiliki kuasa yang tidak terbatas di Babel, Nebukadnezar dapat
melakukan apa saja yang diinginkannya. Tanpa kesulitan Nebukadnezar membangun
patung emas (bukan berarti semuanya terbuat dari emas tapi mungkin hanya
dilapisi emas) yang tingginya 60 hasta atau kira-kira 27 m dan lebar 6 hasta
atau kira-kira 2,7 m, sungguh sebuah patung yang sangat menakjubkan.
Sesudah itu ia
memanggil para wakil raja, semua penguasa dan para bupati serta para penasihat
negara, bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah untuk
menghadiri pentahbisan/peresmian patung tersebut. Menurut kebiasaan yang
dipakai di Asyur dan Babel ,
semua yang hadir harus berdiri menghadap patung.
Selanjutnya
melalui seorang bentara (kata bahasa Aram keroza
yang dalam bahasa Yunani disebut kerux)
yang artinya pemberita, raja menginstruksikan kepada orang-orang dari segala
bangsa, suku bangsa dan bahasa yaitu para raja dan lain-lain yang dianggap
sebagai perwakilan semua bangsa dan suku dari kerajaan Nebukadnezar, supaya
pada saat mendengar sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai jenis bunyi-bunyian,
semuanya tanpa kecuali harus sujud menyembah patung raja itu. Dan bagi mereka
yang membangkang, akan dihukum dalam perapian yng menyala. Ini adalah model
hukuman zaman kuno yang dirancang sedemikian rupa dan memiliki pintu ataupun
jendela untuk memasukkan terhukum ataupun cela untuk melihat mereka yang sedang
terpanggang di dalamnya. Perintah yang disertai ancaman itupun serta merta
ditaati.
Akan tetapi bagi
mereka yang setia kepada Allah yang benar sebagai satu-satunya yang harus
disembah, peraturan ini menjadi satu pergumulan. Belum sempat mereka menyatakan
sikap atas keputusan raja tersebut, sudah diadukan kepada raja. Orang Yahudi
khususnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego dipastikan sebagai pembangkang oleh
sekelompok orang Kasdim. Ungkapan “mereka telah tuanku berikan. . .” adalah
provokasi yang berhasil memicu kemarahan raja yang luar biasa karena dianggap
tidak tahu berterima kasih atas kebaikkan raja yang telah memberikan jabatan di
wilayah Babel .
Di sinilah
kesetiaan pemuda-pemuda Yahudi terhadap Allah nenek moyangnya dipertaruhkan, karena
bukan hanya akan kehilangan jabatan, tetapi dalam kegeraman raja nyawa mereka
sedang dalam ancaman.
Hal yang paling
menarik tetapi juga serius pada bagian ini adalah kesempatan untuk mempertimbangkan keputusan masih diberikan, tetapi
dengan tegas mereka abaikan kesempatan itu dan mengambil sikap untuk tidak
membahas tawaran raja, sebaliknya mereka menantangnya dengan kesediaan untuk
dihukum karena tidak ingin menghianati kesetiaan dan kebaikkan Allah Sang
penguasa yang juga berkuasa atas hidup Nebukadnezar serta seluruh rakyat Babel.
Keyakinan ketiga pemuda Yahudi ini dipertegas dengan sebuah keputusan yang
konsisten sebagai bukti kesetiaan kepada Allah yang tidak tergoyahkan, kapan,
di mana dan apapun keadaannya. Keputusannya adalah “Jika Allah karena alasan
yang baik tidak melepaskan mereka dari hukuman itu,” mereka tetap tidak akan
menyembah patung. Keputusan yang akhirnya menuai konsekwensi fatal. Ancaman
raja ternyata bukan gertakkan karena setelah mendengar pernyataan Sadrakh dan
teman-temannya, eksekusipun dilaksanakan bahkan api pembakaran dtingkatkan
menjadi 7x lebih panas, ini seakan menunjukkan tingkat kemarahan raja. Ketiga
orang Yahudi itu diikat lengkap dengan pakaian dan atribut, suatu eksekusi
hukuman yang tidak lazim pada masa itu karena biasanya penjahat-penjahat
dihukum dalam keadaan telanjang (bdk. Mat. 27:35; Mzm. 22:19) dan dalam lukisan
orang Kristen purba sering digambarkan sebagai ketelanjangan dalam api. Tidak
jelas apa alasannya masalah pakaian ini dicatat oleh Daniel, namun ada dugaan
sebagai gagasan memperbesar mujizat mengingat kain adalah bahan yang mudah
terbakar dan seseorang yang dibakar dengan pakaian tidak mungkin tidak
terbakar.
Tidak mungkin bagi manusia tetapi sangat mungkin bagi Allah. Sadrakh,
Mesakh dan Abednego dilemparkan ke dalam perapian dalam keadaan terikat, tetapi
justeru terlihat sedang berjalan-jalan dengan bebas. Juga terlihat pribadi
keempat yang disebut sebagai “anak dewa” mungkin ini malaikat utusan Allah
seperti yang dikatakan pada ayat 28, tetapi mungkin juga adalah Allah sendiri
sebagai Theofani. Siapapun itu
yang pasti Allah hadir dan menyelamatkan. Ini mujizat pertama.
Keajaiban yang
terjadi, sangat memukau raja dan para pejabat lainnya dan dalam kekagumannya
raja membuat peraturan baru yang kontras dengan peraturan sebelumnya. Raja yang
meremehkan Allah (15), sekarang berseru memuji Allah, ia yang membuat patung
untuk disembah sekarang memberi perintah supaya semua orang di wilayahnya harus
menghormati Allah orang Yahudi bahkan diancam dengan hukuman berat bagi mereka
yang tidak mentaatinya. Inipun merupakan mujizat. Dan mujizat yang ketiga
adalah berkat jasmani bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka tidak
kehilangan jabatan tetapi malah memperoleh
kedudukan yang lebih tinggi dari sebelumnya atau setidaknya mereka masih
tetap menjadi pejabat.
Ayat kunci:
“Allah adalah satu-satunya
yang layak disembah” (3:18).
Tujuan penulisan pasal 3
Untuk menyatakan
kedaulatan Allah sebagai yang Mahakuasa dan pembelaan-Nya terhadap umat yang
berlaku setia.
Isi berita pasal 3
Memberi peringatan
bahwa setiap orang yang hidup dalam kebenaran selalu menjadi lawan orang fasik,
sering jadi korban fitnah bahkan menjadi sasaran penganiayaan (Mzm. 11:2-3).
Hal yang sama terjadi juga dalam kehidupan Yesus, Stefanus dan banyak orang
percaya lainnya. Namun orang percaya harus tetap setia pada kebenaran apapun
yang terjadi (Mat. 24:13; Kis. 7:59-60 bdk. Kis. 20:22-24).
Aplikasi dalam
kehidupan saat ini adalah¸ prinsip kesetiaan yang ditunjukkan oleh Sadrakh dan
teman-temannya yaitu:
1. Menghadapi setiap masalah
dengan iman (tidak lari dari kenyataan).
2.
Menyerahkan
penyelesaian masalah menurut kehendak Allah
3.
Menerima apa yang terjadi dengan pujian dan ucpan syukur.
Pada akhir ayat 23, Septuaginta dan Vulgata menyisipkan doa dan lagu pujian
yang dilakukan oleh tiga orang Yahudi tersebut ketika ada dalam perapian.
Catatan ini termasuk dalam Deutrokanonika dan ada pada Alkitab Gereja Katolik.
Ditinjau dari segi iman para pemuda Yahudi itu maka hal ini sangat mungkin
terjadi (bdk. Kis. 16:25 ).
4.
Menempatkan
Allah sebagai sumber berkat yang kekal di atas segala yang dimiliki sekarang
(kepintaran, kekayaan, kedudukan, kehormatan dll), sehingga semua itu tidak
harus menjadi penghalang untuk tetap setia kepada Allah.
5.
Kesetiaan
yang kokoh akan menjadi kesaksian bagi orang lain dan besar kemungkinan orang
akan memuliakan Allah melalui kesetiaan orang percaya.
6.
Allah
sangat memahami kebutuhan manusia secara jasmani dan kalau Dia sanggup
menyediakan hidup yang kekal maka untuk hidup yang sementara ini Dia pasti
sanggup mencukupkan dan memenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar