Senin, 23 Juli 2012

Kehendak Allah vs Kehendak Manusia

Sejak awal, manusia diciptakan untuk satu tujuan yang mulia. Untuk tujuan tersebut Allah tidak menempatkan manusia sebagai mahkluk yang liar, tetapi dengan penuh kasih dan perhatian. Allah membuat sebuah taman yang indah lalu menempatkan manusia di situ sebagai penghuni sekaligus pemilik dengan mandat supaya mengelolah dan memelihara taman itu. Namun manusia tidak mampu mewujudkan keinginan Allah karena manusia lebih cenderung mengikuti keinginannya sendiri, sehingga manusia diusir dari taman Eden. Sejak saat itu manusia menjadi liar dan tidak tahu arah hidupnya. Dalam usaha mencari jati diri, manusia mencoba melakukan berbagai hal khususnya dalam membangun nilai-nilai spiritual. Pada akhirnya tercipta satu wadah sebagai sarana memperbaiki karakter dan moralitas yang kemudian dikenal dengan istilah agama.

Pada prinsipnya kejatuhan manusia dalam dosa menuntut tanggungjawab manusia itu sendiri terhadap kasih Allah yang disia-siakan. Akan tetapi usaha manusia untuk keluar dari perbudakan dosa tidak menghasilkan apa-apa. Alkitab mencatat tidak ada satu mnusiapun yang mampu melakukan itu. Dimulai dari kehidupan Adam dan Hawa di taman Eden hingga peristiwa air bah, keadaan moral manusia makin memburuk, bahkan hukuman Allah dengan api dan belerang kepada orang-orang di Sodom dan Gomora tidak membuat manusia bertobat.

Akhirnya Allah harus merealisasikan rencana-Nya yaitu datang menjumpai manusia secara nyata dalam wujud manusia, walaupun harus merendahkan eksistensi-Nya sebagai Yang Mahamulia. Allah datang menawarkan wadah untuk manusia memperbaiki kesalahannya, dengan cara menerima-Nya  secara pribadi dalam Yesus Kristus supaya hidupnya dikuasai dan dipimpin Roh Kudus. Dengan cara ini Allah ingin memisahkan setiap pribadi di antara manusia supaya Ia dapat menyatakan keadilan-Nya, yaitu hukuman bagi yang jahat tetapi bagi yang sungguh-sungguh bertobat tersedia berkat kehidupan kekal. Kelompok yang meresponi tawaran Allah ini, disebut gereja yaitu orang-orang yang dipanggil ke luar dari kegelapan masuk ke dalam terang, yaitu mereka yang menerima penebusan dalam darah Kristus .  


ALKITAB

Alkitab merupakan buku yang keberadaannya sudah berabad-abad lamanya. Sebagaimana lazimnya, sebuah benda yang dianggap penting selalu dicari data-datanya untuk mengetahui asal-usulnya ataupun kisah keberadaannya. Demikian juga dengan Alkitab, yang bukan saja dianggap penting sebagai koleksi benda bersejarah tetapi sangat penting karena Alkitab adalah buku yang memuat segala sesuatu tentang sejarah alam semesta dan segala isinya, bahkan iman Kristen meyakini bahwa Alkitab adalah wujud penyataan Allah, seperti yang dikatakan oleh Musa dalam Mazmurnya “Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah” (Mzm. 90:2). Untuk itu penulis merasa perlu menjelaskan sejarah Alkitab itu sendiri.

Ada banyak orang yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal ini, baik yang ingin membuktikan kebenaran keberadaan serta isi Alkitab, maupun orang yang ingin membuktikan bahwa Alkitab itu tidak pernah ada atau meragukan kebenaran isinya. Beberapa tahun yang lalu, beberapa ahli purbakala menemukan lebih kurang seribu perhiasan dan barang-barang tembikar dalam sembilan gua pekuburan diseberang lembah Hinom, sebuah lembah yang berhadapan dengan tembok kota Yerusalem sebelah selatan, diantara harta-harta tersebut terdapat dua kalung perak yang berukiran ayat-ayat Alkitab. Bagian-bagian dari perhiasan ini terdiri dari lembaran-lembaran perak murni yang di gulung seperti gulungan-gulungan surat perkamen untuk digunakan sebagai kalung, walaupun sebagian dari teks ayat Alkitab yang tertera disitu sudah hilang, bagian perhiasan yang ditemukan tersebut menunjukkan bahwa kalung-kalung perak ini berisi ukiran ayat-ayat Alkitab yang paling tua yang pernah ditemukan di dunia ini. Para arkeolog menemukan bahwa teks Alkitab purbakala ini diukir oleh seorang seniman Yahudi lebih dari 2.600 tahun yang lalu, pada abad ke tujuh sebelum masehi. Jelas yang terdapat dalam perhiasan tersebut adalah perkataan imam dalam kitab Bilangan 6:24-26, yaitu “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia, Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.

Bukti-bukti purbakala tentang Alkitab menjadi perdebatan dari abad ke abad. Karena sepanjang sejarah penemuan benda-benda purbakala sering terjadi kesalahan dalam hal data seperti waktu kejadian, lokasi terjadinya peristiwa atau orang-orang yang terlibat di dalamnya serta urutan dan lamanya kejadian. Akan tetapi, walaupun telah diserang bertubi-tubi dan sangat keji oleh para sarjana yang tidak beriman selama lebih dari seabad, Alkitab tetap berdiri sebagai buku yang paling akurat dan otoritatif dibandingkan dengan semua buku yang pernah ditulis di dunia ini. Selama hampir seratus lima puluh tahun terakhir ini, banyak pengkritik Alkitab mendukung suatu teori yang dikenal dengan nama Documentary Hypotesis. Ini adalah suatu teori  yang menyangkal pernyataan Alkitab bahwa Musa adalah penulis kitab Kejadian dan kitab-kitab yang lain darai ke lima kitab pertama dalam Alkitab. Para pengkritik berpendapat penggunaan nama Allah yang berbeda-beda dalam kitab Kejadian (Elohim, Yehovah, Adonai, dan sebagainya) menunjukkan bahwa lima penulis yang berbeda telah menulis bagian Alkitab ini, kemudian barulah kelima dokumen tadi disusun oleh seorang editor, menjadi sebuah kitab, kira-kira enam ratus tahun sebelum Kristus. Namun teori ini sebenarnya tidak masuk diakal kalau ditinjau dengan seksama sejarah bangsa Yahudi.

Bangsa Yahudi terkenal cerdas dan sangat kritis terhadap perilaku kehidupan yang diterapkan di bangsanya. Mereka sangat berani mengadakan perdebatan apabila berbicara soal agama dan sejarah mereka. Dari idealisme ini dapat dipastikan, orang-orang Yahudi tidak mudah menuruti aturan-aturan dan hukum-hukum seperti perayaan Paskah, hari Pantekosta atau hari raya Pondok Daun yang notabene pelaksanaannya sangat rumit dan tidak mudah untuk dikerjakan, apabila nenek moyang mereka tidak pernah mengadakan perayaan-perayaan ini sebelumnya. Ini berarti perayaan-parayaan tersebut adalah perayaan turun-temurun dari generasi ke generasi yang sudah menjadi perayaan nasional dan patut mereka lakukan selama berabad-abad. Dengan kata lain seandainya ajaran-ajaran yang mereka taati sampai hari ini – paling tidak di zaman rasul-rasul – hanyalah rekayasa religius dari pemimpin agama supaya semua perayaan-perayaan itu dilakukan, padahal sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka, pastilah ajaran-ajaran itu akan ditolak dan orang yang mengajarkannya akan dianggap pengacau. Akan tetapi sampai hari ini tidak ada catatan yang menjelaskan bahwa hal itu pernah terjadi.

Uraian tersebut di atas sedikitnya telah memberikan gambaran bagaimana keunikan Alkitab ditinjau dari sejarah penemuannya. Alkitab merupakan suatu keajaiban kekal yang sangat menakjubkan. Ditulis bagian demi bagian dalam kurun waktu lima belas abad, dalam lingkup dan suasana masyarakat yang berbeda-beda serta dalam bahasa yang berbeda pula. Para penulisnya adalah orang-orang yang memiliki temperamen, bakat dan kondisi yang berlainan (ada yang terpelajar dan ada yang berpendidikan, ada yang punya kedudukan sebagai raja tapi ada juga hanya sebagai petani dan nelayan bahkan ada yang sebagai budak dan yang lainnya sebagai orang merdeka). Bentuk penyampaiannya sangat menarik karena disajikan dalam bentuk komposisi instruktik dengan penulisan yang baik yaitu dalam bentuk sejarah, nubuat, sanjak, kiasan, perlambangan, tafsiran hukum, pernyataan harafiah, peraturan, contoh, amsal, pidato, surat-surat khotbah, doa, yang pada intinya mencakup semua pembicaraan manusia yang rasional. Selain itu dalam menguraikan sesuatu yang tidak nyata dan sangat sulit, para penulis tidak melalukan pertentangan antara penulis yang satu dengan penulis yang lain. Ini merupakan salah satu ciri Alkitab yang dapat dijadikan bukti bahwa Alkitab ditulis berdasarkan inspirasi atau ilham dari Allah, bahwa penulis-penulis Alkitab tidak seperti lazimnya penulis-penulis yang baik sebelum maupun sesudah itu.
*(bersambung...

SUDAH SELESAI: Yoh. 19:30

Selanjutnya semua orang percaya diamanatkan supaya menyebarkan karya Agung itu, bukan membuat persekutuan untuk menyatukan suara mendukung kepentingan pribadi.

Saat yang sangat kelam dan membuat hati remuk redam ketika Allah mendapati manusia yang diciptakan sehakekat dengan Dia, mengabaikan perintah-Nya dan setuju dengan rayuan Iblis. Dari situlah dimulai perjalanan manusia yang tanpa kebenaran dan hanya menanti kebinasaan. Dunia menjadi porak-poranda karena kejahatan. Tidak ada lagi keindahan, tidak ada lagi kesejukan. Di setiap sudut penjuru bumi berjejer bongkahan batu keangkuhan, derai air mata diiringi nyanyian penderitaan yang meraung-raung di antara gelak tawa para pemangsa. . . ya, mereka menyebut diri penguasa yang dapat berbuat apa saja agar dapat menciptakan kesenangan diri sendiri beserta pengikutnya. Pemandangan ini terpampang di depan mata Allah dari satu generasi ke generasi berikutnya, selama berabad-abad. Hal ini membuat hati Allah sedih dalam duka yang tak terkatakan, sebuah perasaan yang hanya mampu dinyatakan melalui ungkapan, “Allah menyesal.  Namun jauh dalam hati dan pikiran Allah, tersimpan satu kerinduan ajaib yang dirangkai dengan belas kasihan tanpa pamrih. 

Kerinduan itu yang membawa Allah menjumpai Adam dan Hawa di taman Eden, menyelamatkan Nuh sekeluarga dan memanggil Abraham untuk menerima janji pemulihan masa depan, bagi semua ciptaan yang taat kepada kuasa pengampunanNya. Pada akhirnya dalam wujud manusia, Allah datang menumpahkan kerinduan-Nya. Hadir di bumi dan berkarya menabur benih kebenaran. Dari
Betlehem hingga Golgota kerinduan itu menerobos masuk, merobohkan
tembok-tembok kesombongan dunia. Dan di atas puncak Bukit Tengkorak, Dia menyelesaikan misi penyelamatan itu. Karya terbaik yang dihasilkan dengan guratan luka menganga disekujur tubuh, kepala dibalut dengan duri yang merobek pembulu darah, serta tangan dan kaki yang ditancapkan pada sepotong kayu kasar. Semuanya terasa sangat perih ketika sinar matahari mulai menyengat dan satu-persatu butiran keringat jatuh membasahi luka-luka itu. Sungguh satu penderitaan yang hebat. Namun dari sana juga mengalir darah tanpa noda, darah yang memberi pengampunan. Itulah sebabnya disaat-saat terakhir, dari mulut Sang Penebus terdengar teriakan penuh kemenangan,

SUDAH SELESAI..! Sebuah pernyataan yang diterjemahkan dari istilah Yunani tetelestai, kata yang hanya 3 kali digunakan dalam seluruh Alkitab yang mengandung makna adanya tindakan nyata yang dilakukan Allah dan telah selesai secara sempurna. Selanjutnya semua orang percaya diamanatkan supaya menyebarkan karya Agung itu, bukan membuat persekutuan untuk menyatukan suara mendukung kepentingan pribadi. Bukan mendirikan kerajaan dan mengangkat diri jadi penguasa, bukan pula membentuk arena pemilihan idola. Pengikut Kristus diingatkan senantiasa memandang ke Kalvari, karena di sana pernah terukir kenangan abadi ketika Allah menyelesaikan semua urusan mengenai dosa dan perilaku hidup manusia lama, yang kemudian menuntut umat-Nya hidup menuju kesempurnaan hingga kekekalan. SUDAH SELESAI..! sekaligus merupakan seruan kepada kuasa kegelapan bahwa di dalam Kristus, semua penghalang untuk berdamai dengan Allah telah dihancurkan dan firman-Nya akan digenapi sebagai bukti kekuasaan yang tidak terkalahkan;Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"

Minggu, 22 Juli 2012

Kesetiaan Yang Kokoh: Daniel 3

Pendahuluan

Daniel adalah salah satu tokoh iman terbesar sepanjang sejarah Alkitab. Selama lebih dari 70 tahun melayani Tuhan, Daniel telah memberikan kontribusi penyingkapan rahasia Allah yang sangat berarti juga teladan hidup bergaul akrab dengan Tuhan, bagi umat yang hidup di zamannya bahkan bagi generasi sesudahnya hingga saat ini. Menurut Dr. Parlaungan Gultom, kitab Daniel adalah termasuk kitab yang kontroversial dalam Alkitab, tetapi diyakini beritanya sangat jelas dan tidak ada salahnya. Informasi penting lainnya adalah bahwa kitab Daniel adalah satu-satunya kitab PL yang ditulis seluruhnya dalam bahasa apokaliptis dan dilihat dari sisi itu, kitab Daniel mirip dengan kitab Wahyu dalam PB.

Secara keseluruhan isi kitab dibagi dalam dua bagian besar yang nyata, yaitu pasal 1-6 merupakan naratif historis yang berhubungan degan peristiwa-peristiwa Daniel dan pelayanannya di istana Babel dan Persia. Dan pasal 7-12 adalah visi-visi berupa catatan-catatan pribadi dari Daniel yang berhubungan dengan hari-hari akhir hidupnya. Visi-visi tersebut berisi pasal-pasal perorangan yang dicatat bagi kepentingan teologisnya. Pasal 7 melukiskan Allah sebagai “Yang Lanjut Usia” sebutan “Anak Manusia” yang kemudian banyak digunakan oleh Yesus yang diterapkan kepada diri-Nya (Mat. 16:27; 24:30; 26:64; Mrk. 8:38; 13:26, dll). Pasal 9 memaparkan tentang “70 x 7” masa atau “70 Minggu dari tahun” yang secara hangat diperdebatkan. Pasal 12 merupakan visi penutup yang menyajikan satu-satunya acuan PL yang tegas, mengenai kebangkitan.

Latar Belakang

A. Keseluruhan Kitab.

Penulis kitab ini, adalah Daniel (9:2; 10:2). Dan dari sebuah pernyataan, mengindikasikan bahwa Tuhan Yesus mengakui Daniel sebagai penulis (Mat. 24:15). Kitab Daniel ditulis dengan dua bahasa yakni bahasa Ibrani (1:1-2:4a dan 8-12) dan bahasa Aram (2:4b-7:28). Dengan adanya pengaruh kata-kata Persia dalam bahasa Aram, pada baghian kitab ini, maka diperkirakan Daniel menulis pada masa-masa akhir hidupnya yaitu sekitar tahun 530 SM. Namun demikian ahli teologia liberal meyakini berdsarkan nubuat-nubuat dalam kitab ini yang terlalu akurat dan ajaib maka pnulisannya diperkirakan pada tahun 165 SM. Karena mereka meragukan Daniel dapat bernubuat tentang masa depan secara tepat dan akurat.

Catatan khusus, tidak hadirnya Daniel dalam pasal 3 ini menimbulkan   banyak pertanyaan dan spekulasi. Kemungkinan yang paling dekat adalah, bahwa Daniel sedang berada di tempat lain sehingga cerita pasal 3 ditulis berdasarkan informasi orang lain, paling tidak dari tiga temanya yang adalah saksi utama.

Daniel melayani pada masa pergantian 6 raja Babel dan 1 raja Persia yaitu, Nebukadnezar, Ewil-Merodakh, Neriglisar, Labasi-Marduk, Nebonidus, Belsyazar (Babel) dan Koresy (Persia), yang dimulai sejak pembuangan pertama ke Babel tahun 605 SM. Tema utama kitab ini adalah Tuhan Allah berdaulat atas raja-raja dan melakukan apa yang Dia kehendaki (4:17).

B. Khusus Pasal 3.

Pasal ini adalah salah satu bagian dari naratif histories. Peristiwanya dimulai dari sebuah aturan yang dikeluarkan raja Nebukadnezar berisi tentang kewajiban semua orang yang ada di wilayah kekuasaannya harus menyembah patung buatannya.

Garis Besar

I.        Peraturan raja: 1-8

II.      Tuduhan kepada orang Yahudi: 9-15

III.     Pembelaan Sadrakh, Mesakh dan Abednego: 16-18

IV.     Hukuman raja: 19-23

V.      Mujizat Allah

          a. Sadrakh, Mesakh dan Abednego diselamatkan: 24-27

          b. Pengakuan raja terhadap Allah: 28-29

          c. Sadrakh, Mesakh dan Abednego diberikan kedudukan tinggi: 30

Narasi (3:1-30)

Sebagai orang nomor satu dan memiliki kuasa yang tidak terbatas di Babel, Nebukadnezar dapat melakukan apa saja yang diinginkannya. Tanpa kesulitan Nebukadnezar membangun patung emas (bukan berarti semuanya terbuat dari emas tapi mungkin hanya dilapisi emas) yang tingginya 60 hasta atau kira-kira 27 m dan lebar 6 hasta atau kira-kira 2,7 m, sungguh sebuah patung yang sangat menakjubkan.

Sesudah itu ia memanggil para wakil raja, semua penguasa dan para bupati serta para penasihat negara, bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah untuk menghadiri pentahbisan/peresmian patung tersebut. Menurut kebiasaan yang dipakai di Asyur dan Babel, semua yang hadir harus berdiri menghadap patung.

Selanjutnya melalui seorang bentara (kata bahasa Aram keroza yang dalam bahasa Yunani disebut kerux) yang artinya pemberita, raja menginstruksikan kepada orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa yaitu para raja dan lain-lain yang dianggap sebagai perwakilan semua bangsa dan suku dari kerajaan Nebukadnezar, supaya pada saat mendengar sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus,  serdam dan berbagai jenis bunyi-bunyian, semuanya tanpa kecuali harus sujud menyembah patung raja itu. Dan bagi mereka yang membangkang, akan dihukum dalam perapian yng menyala. Ini adalah model hukuman zaman kuno yang dirancang sedemikian rupa dan memiliki pintu ataupun jendela untuk memasukkan terhukum ataupun cela untuk melihat mereka yang sedang terpanggang di dalamnya. Perintah yang disertai ancaman itupun serta merta ditaati.

Akan tetapi bagi mereka yang setia kepada Allah yang benar sebagai satu-satunya yang harus disembah, peraturan ini menjadi satu pergumulan. Belum sempat mereka menyatakan sikap atas keputusan raja tersebut, sudah diadukan kepada raja. Orang Yahudi khususnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego dipastikan sebagai pembangkang oleh sekelompok orang Kasdim. Ungkapan “mereka telah tuanku berikan. . .” adalah provokasi yang berhasil memicu kemarahan raja yang luar biasa karena dianggap tidak tahu berterima kasih atas kebaikkan raja yang telah memberikan jabatan di wilayah Babel.

Di sinilah kesetiaan pemuda-pemuda Yahudi terhadap Allah nenek moyangnya dipertaruhkan, karena bukan hanya akan kehilangan jabatan, tetapi dalam kegeraman raja nyawa mereka sedang dalam ancaman.

Hal yang paling menarik tetapi juga serius pada bagian ini adalah kesempatan untuk mempertimbangkan keputusan masih diberikan, tetapi dengan tegas mereka abaikan kesempatan itu dan mengambil sikap untuk tidak membahas tawaran raja, sebaliknya mereka menantangnya dengan kesediaan untuk dihukum karena tidak ingin menghianati kesetiaan dan kebaikkan Allah Sang penguasa yang juga berkuasa atas hidup Nebukadnezar serta seluruh rakyat Babel.

Ada sedikit masalah dalam terjemahan pernyataan “jika Allah. . .” beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa teks tersebut salah, karena terkesan ketiga orang Yahudi itu meragukan kesanggupan Allah. LAI sendiri menterjemahkannya secara harfiah dari kata-kata bahasa Aram. Beberapa terjemahan dari sumber kuno yaitu Septuaginta, Theodotion, Vulgata dan Pesytta menyatakan bukan kata “jika” yang digunakan tetapi “sebab” jadi terjemahan secara utuh adalah “sebab Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami maka Ia akan melepaskan kami. . .” Usulan lain terhadap terjemahan ini yaitu “jika Allah yang menurut kehendak-Nya baik, dapat melepaskan maka Ia akan melakukannya.

Keyakinan ketiga pemuda Yahudi ini dipertegas dengan sebuah keputusan yang konsisten sebagai bukti kesetiaan kepada Allah yang tidak tergoyahkan, kapan, di mana dan apapun keadaannya. Keputusannya adalah “Jika Allah karena alasan yang baik tidak melepaskan mereka dari hukuman itu,” mereka tetap tidak akan menyembah patung. Keputusan yang akhirnya menuai konsekwensi fatal. Ancaman raja ternyata bukan gertakkan karena setelah mendengar pernyataan Sadrakh dan teman-temannya, eksekusipun dilaksanakan bahkan api pembakaran dtingkatkan menjadi 7x lebih panas, ini seakan menunjukkan tingkat kemarahan raja. Ketiga orang Yahudi itu diikat lengkap dengan pakaian dan atribut, suatu eksekusi hukuman yang tidak lazim pada masa itu karena biasanya penjahat-penjahat dihukum dalam keadaan telanjang (bdk. Mat. 27:35; Mzm. 22:19) dan dalam lukisan orang Kristen purba sering digambarkan sebagai ketelanjangan dalam api. Tidak jelas apa alasannya masalah pakaian ini dicatat oleh Daniel, namun ada dugaan sebagai gagasan memperbesar mujizat mengingat kain adalah bahan yang mudah terbakar dan seseorang yang dibakar dengan pakaian tidak mungkin tidak terbakar.

Tidak mungkin bagi manusia tetapi sangat mungkin bagi Allah. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dilemparkan ke dalam perapian dalam keadaan terikat, tetapi justeru terlihat sedang berjalan-jalan dengan bebas. Juga terlihat pribadi keempat yang disebut sebagai “anak dewa” mungkin ini malaikat utusan Allah seperti yang dikatakan pada ayat 28, tetapi mungkin juga adalah Allah sendiri sebagai Theofani. Siapapun itu yang pasti Allah hadir dan menyelamatkan. Ini mujizat pertama.

Keajaiban yang terjadi, sangat memukau raja dan para pejabat lainnya dan dalam kekagumannya raja membuat peraturan baru yang kontras dengan peraturan sebelumnya. Raja yang meremehkan Allah (15), sekarang berseru memuji Allah, ia yang membuat patung untuk disembah sekarang memberi perintah supaya semua orang di wilayahnya harus menghormati Allah orang Yahudi bahkan diancam dengan hukuman berat bagi mereka yang tidak mentaatinya. Inipun merupakan mujizat. Dan mujizat yang ketiga adalah berkat jasmani bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka tidak kehilangan jabatan tetapi malah memperoleh  kedudukan yang lebih tinggi dari sebelumnya atau setidaknya mereka masih tetap menjadi pejabat.

Ayat kunci:

Allah adalah satu-satunya yang layak disembah (3:18).

Tujuan penulisan pasal 3

Untuk menyatakan kedaulatan Allah sebagai yang Mahakuasa dan pembelaan-Nya terhadap umat yang berlaku setia.

Isi berita pasal 3

Memberi peringatan bahwa setiap orang yang hidup dalam kebenaran selalu menjadi lawan orang fasik, sering jadi korban fitnah bahkan menjadi sasaran penganiayaan (Mzm. 11:2-3). Hal yang sama terjadi juga dalam kehidupan Yesus, Stefanus dan banyak orang percaya lainnya. Namun orang percaya harus tetap setia pada kebenaran apapun yang terjadi (Mat. 24:13; Kis. 7:59-60 bdk. Kis. 20:22-24).

Aplikasi dalam kehidupan saat ini adalah¸ prinsip kesetiaan yang ditunjukkan oleh Sadrakh dan teman-temannya yaitu:

1.    Menghadapi setiap masalah dengan iman (tidak lari dari kenyataan).

2.    Menyerahkan penyelesaian masalah menurut kehendak Allah

3.    Menerima apa yang terjadi dengan pujian dan ucpan syukur. Pada akhir ayat 23, Septuaginta dan Vulgata menyisipkan doa dan lagu pujian yang dilakukan oleh tiga orang Yahudi tersebut ketika ada dalam perapian. Catatan ini termasuk dalam Deutrokanonika dan ada pada Alkitab Gereja Katolik. Ditinjau dari segi iman para pemuda Yahudi itu maka hal ini sangat mungkin terjadi (bdk. Kis. 16:25).

4.    Menempatkan Allah sebagai sumber berkat yang kekal di atas segala yang dimiliki sekarang (kepintaran, kekayaan, kedudukan, kehormatan dll), sehingga semua itu tidak harus menjadi penghalang untuk tetap setia kepada Allah.

5.    Kesetiaan yang kokoh akan menjadi kesaksian bagi orang lain dan besar kemungkinan orang akan memuliakan Allah melalui kesetiaan orang percaya.

6.    Allah sangat memahami kebutuhan manusia secara jasmani dan kalau Dia sanggup menyediakan hidup yang kekal maka untuk hidup yang sementara ini Dia pasti sanggup mencukupkan dan memenuhi.


Jumat, 20 Juli 2012

Belum Berakhir: 1Sam. 17:1-58

I.                 Akar Permasalahan (17: 1-11)
           
Kehidupan akan terus berputar selama matahari masih setia menunuaikan tugasnya. Namun bergulirnya waktu tidak selalu berpihak pada keberuntungan, bahkan kerasnya zaman seakan memaksa setiap orang untuk mengakhiri perjalanannya lebih awal dari garis finish. Kesulitan, tekanan dan ketakutan, adalah sisi buruk dari setiap babak yang harus dilewati dalam sebuah panggung kehidupan. Dan tidak jarang kenyataan ini mampu memupuskan keberhasilan serta kebahagiaan yang pernah dinikmati.

Israel adalah bangsa pilihan yang dibentuk Tuhan dengan janji penyertaan yang sangat konsisten. Pembebasan dari Mesir menjadi sentral memori kesetiaan Tuhan tentang janji-Nya, sehingga berulang-ulang Tuhan mengingatkan peristiwa pembebasan dari Mesir ketika mereka dalam kesulitan ataupun sedang memberontak kepada Tuhan. Dan berulang-ulang juga Tuhan membuktikan bahwa Ia selalu mengasihi mereka.

Namun kesulitan itu datang lagi. Ancaman perang Filistin menjadi tekanan yang luar biasa bagi Saul beserta seluruh rakyat. Tantangan Goliat menciptakan kepanikan di kubu Israel, pendekar dari Gat dengan tinggi badan sekitar 300 cm itu mengajak duel satu lawan satu. Mengenakan pelindung kepala dan penutup kaki dari tembaga, berbalut baju zirah seberat 60 kg, Goliat tampak gagah. Menyandang lembing dengan ujung seberat lebih kurang 7 kg dan dikawal oleh seorang pembawa perisai, membuat sang pendekar semakin percaya diri. Sebaliknya, hal ini menambah kegentaran barisan umat Tuhan.

II.               Solusi

1.                 Membangkitkan Semangat (17: 12-31)
Apakah semuanya sudah berakhir? Apa yang harus dilakukan?
Dalam keadaan terjepit dan seakan tidak ada jalan keluar, ternyata harapan itu selalu ada. Setidaknya
seseorang masih punya semangat yang dapat ia kobarkan. Respon Daud ketika mendapat perintah Isai, adalah bangun pagi-pagi (shakam = segera bertindak/sangat mendesak/penting sekali) lalu berangkat sesuai perintah ayahnya. Dengan semangat dan antusias Daud melihat persoalan bangsanya masih dapat diatasi.
2.               Membangun Keyakinan (17: 32-36)

Semangat itu pula yang membangkitkan keyakinan serta optismisme yang tinggi dalam diri Daud. Dengan pengalaman dan keahlianya sebagai seorang gembala, ia pernah berhasil menjaga ternak gembalaannya dari serangan binatang buas. Itulah sebabnya Daud menasihati saudara sebangsanya agar tidak tawar hati (naphal=runtuh/jatuh/ambruk/kehilangan harapan). Ia sangat yakin bahwa lawannya akan bernasib sama seperti singa maupun beruang yang pernah dihajarnya, ia akan mengalahkan mereka.


3.              Mengokohkan Iman (17: 37-44)
Pengalaman hidup Daud, didasarkan pada iman terhadap peran aktif Allah yang menjadi pembelanya. Ia mengakui bahwa semua keberhasilan yang diraih merupakan kasih karunia Allah. Tuhan telah melepaskannya dari cakar singa dan beruang. Dengan kata lain Daud ingin mengingatkan bangsanya tentang keberadaan Allah yang nyata, Allah yang hidup (khay = hidup bersama/menyertai), mendengar dan peduli terhadap umat-Nya. Ancaman bangsa Filistin, dipandang sebagai sebuah peluang untuk membuktikan bahwa Allah Israel itu hidup.
4.             Mempererat Hubungan (17: 45-58).
Memiliki semangat yang tinggi, optimisme juga iman terhadap Allah yang hidup, tidak membuat Daud ingin meraih kemenangan dengan tujuan mencari popularitas diri sendiri. Konsepnya tentang peran aktif Allah dalam seluruh aspek hidupnya, adalah keberpihakan Allah secara nyata. Bukan pengalaman yang membuat Daud berani, bukan pula karena tongkat dan keahliannya mengumban. Tetapi dengan nama Tuhan (besem YHWH = dengan nama TUHAN yang menyuruh & menyertai Musa –cf. Kel.3:14), ia maju menghadapi Goliat dan memenangkan pertarungan. Bersama Tuhan pasti ada kemenangan.

Kegagalan bukanlah akhir dari segalannya…tetapi seseorang akan berakhir ketika ia berhenti…Kisah dalam kitab 1Samuel 17 ingin memberikan pelajaran kiat-kiat menghadapi persolan hidup dan terus bergerak maju. Pelajaran itu antara lain,

1.               Bangkitkan semangat
  
2.               Selalu optimis. Salah seorang pemimpin negara Amerika pernah berkata, “orang yang pesimis selalu   
             melihat kesulitan dalam sebuah kesemptan, tetapi orang yang optimis dapat melihat kesempatan di 
             balik kesulitan.

 3.              Selain itu tetaplah beriman bahwa Tuhan di dalam Yesus Kristus itu hidup. Suatu ketika karena
             tekanan  yang sangat berat dari lawan-lawannya, Martin Luther salah seorang reformator, seperti
             kehilangan semangat hidup. Tetapi ia begitu terkejut melihat isterinya sore itu berdandan sebagaimana
             layaknya seorang yang akan pergi ke rumah duka. Spontan ia bertanya, “siapa yang meninggal…?”
             “Tuhan..!” jawab sang isteri. “Tuhan yang engkau andalkan telah meninggal…!” ”Tidaaak...!” teriak
             Luther,  sambil melompat dari tempat duduknya seakan terjaga dari mimpi buruk dan dengan penuh
             semangat ia  meyakinkan isterinya bahwa Tuhan tidak pernah mati.

 4.             Persoalan hidup akan selalu ada tetapi orang percaya akan keluar sebagai pemenang apabila            
            menghadapinya bersama Tuhan, harus memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan karena
            penyertaan-Nya adalah jaminan kemenangan.      A m i n.